Pavilion Instalation

Lorong Diri
Realitas menampilkan percepatan juga perlipatan. Kita merasa melakukan rutinitas yang ajek namun larut begitu saja. Karena kita tak mampu menjalani berbagai aktivitas secara bersamaan. Lalu kita membentuk pola, menyiasati hari-hari kita, dalam keterbatasan menghadapi realitas yang berisik itu.
DARI, dari mana kita membawa memori tentang dunia yang tak terkendali. Ketidak-tahuan akan apa yang menanti di depan.
DAN, kita mencoba menggenggam percepatan dan perlipatan itu. Demi mencari pola dan makna akan sesuatu. Rasa kita terganggu, dalam suatu ruang pergumulan. Ketidaknyamanan adalah proses untuk menjadi.
Lorong Diri mengajak kita untuk melangkah pada setapak-setapak bebatuan, menuntut kehati-hatian dan kesadaran penuh. Mengalur tunggal namun yang tak lurus. Agar pengalaman rasa dicerap secara utuh, bertahap dan berproses.
KINI, berhentilah sejenak. Merenenung kembali dalam sunyi. Sebab dengan pergumulan kita dapat menghargai ketenangan. Kita tersadar penuh, menikmati kehadiran secara utuh, di sini.